Satu hal paling menyebalkan dari mengunjungi Pameran “Martabat 200 Tahun Perang Jawa” adalah hanyut dalam emosi atas pengkhianatan yang dilakukan Belanda pada hari yang suci: Penangkapan Pangeran Diponegoro. Garis waktu yang disajikan dalam pameran membawa kita turut merasakan perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Kompeni selama 5 tahun, dari 1825 hingga 1930. Tidak sedikit korban berjatuhan, tapi yang pasti, semua rasa kehilangan dan penderitaan itu harus ditanggung oleh sang Ratu Adil. Mirisnya, tentara Kompeni tidak hanya ada belanda, tapi ada juga rekrutan serdadu pribumi. Selama masa perang itu pula, Pangeran Diponegoro kehilangan orang-orang tercintanya. Banyak pengikut, pasukan, kerabat bahkan keluarga yang menjadi korban. Dimulai dari masa kecil diasuh oleh neneknya, menolak untuk tunduk dan menyerahkan wilayahnya, berperang melawan benteng tak tertembus hingga menguras banyak kas Belanda, sampai akhirnya harus menyerah. Bukan kalah dalam Medan perang, tapi pengkhianat mem...