Mengenal Martabat Pangeran Diponegoro lewat Pameran 200 Tahun Perang Jawa - Perpusnas RI 2025

Prabowo dan Pangeran Diponegoro


Satu hal paling menyebalkan dari mengunjungi Pameran “Martabat 200 Tahun Perang Jawa” adalah hanyut dalam emosi atas pengkhianatan yang dilakukan Belanda pada hari yang suci: Penangkapan Pangeran Diponegoro.


Garis waktu yang disajikan dalam pameran membawa kita turut merasakan perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Kompeni selama 5 tahun, dari 1825 hingga 1930.

Tidak sedikit korban berjatuhan, tapi yang pasti, semua rasa kehilangan dan penderitaan itu harus ditanggung oleh sang Ratu Adil. Mirisnya, tentara Kompeni tidak hanya ada belanda, tapi ada juga rekrutan serdadu pribumi.

Selama masa perang itu pula, Pangeran Diponegoro kehilangan orang-orang tercintanya. Banyak pengikut, pasukan, kerabat bahkan keluarga yang menjadi korban.

Dimulai dari masa kecil diasuh oleh neneknya, menolak untuk tunduk dan menyerahkan wilayahnya, berperang melawan benteng tak tertembus hingga menguras banyak kas Belanda, sampai akhirnya harus menyerah. Bukan kalah dalam Medan perang, tapi pengkhianat membawanya pada posisi harus menerima segala konsekuensinya.

Momen itu digambarkan melalui lukisan bersejarah dari dua sudut pandang.

Belanda memang lebih dulu melukisnya, namun Raden Saleh yang merekonstruksi menjadi lebih berwibawa. Lukisan yang sangat mendalam dan lebih bermartabat. Penuh penolakan terhadap kesewenangan bahkan sampai perihal pencatatan sejarah.

Lewat karya Raden Saleh, kita percaya bahwa Pangeran Diponegoro tidak takluk, apalagi tunduk. Sang pangeran tetap berdiri tegak dengan dengan kepala dan dagu yang mendongak keatas. Ditangisi oleh banyak pengikutnya yang dikepung pasukan Belanda bersenjata lengkap.

Jika Belanda menceritakan itu sebagai “penyerahan diri”, maka semangat Raden Saleh menamai nya “penangkapan” Pangeran Diponegoro. Belanda melanggar janji dan etika perang. Namun, kita dipaksa menerimanya.

Pameran ini mengajak kita untuk lebih optimis dan tidak pernah tunduk atas ketidakadilan.

Event yang keren dari Perpusnas RI untuk menjaga dan merefleksikan Marbat sebagai Bangsa Indonesia


Mari merawat ilmu dan budaya,

Membaca dan memaknai sejarah melalui cerita dan kesenian.


Dokumentasi :
















Komentar

Postingan populer dari blog ini

NIPFinder - Tools yang bisa menebak NI PPPK sebelum diumumkan? Inovatif atau Ancaman?